Terbaru - Karya Sastra Lama

Karya sastra lama merupakan karya sastra yang dipengaruhi oleh sifat masyarakat lama. Sifatsifat atau ciri-ciri kesasastraan usang sebagai berikut.
1. Bersifat lisan dan tulisan, bahasa sudah lisan (dari mulut ke mulut).
2. Bersifat anonim atau tanpa nama.
3. Bersifat komunal (milik bersama).
4. Bersifat statis (relatif tidak ada karya-karya baru, hanya perubahan bentuk dari yang lama).
5. Masih mencerminkan keterikatan terhadap aturan-aturan hidup bermasyarakat secara kaku.
6. Terbitan dan cetakannya tidak berangka tahun.
7. Istana sentris, sumber cerita adalah kerajaan atau keraton dan keluarga raja

1. Jenis Karya Sastra Lama
Bentuk karya sastra lama atau klasik di antaranya hikayat, legenda, mite, saga, dan fabel.
a) Hikayat, merupakan karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang dan silsilah. Cerita hikayat bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, dan pembangkit semangat juang atau sekadar untuk meramaikan pesta. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Hikayat Patani, Hikayat Si Miskin, Hikayat Perang Palembang Kerajaan, dan Hikayat Seribu Satu Malam
b) Legenda, merupakan dongeng tentang kejadian atau asal-usul suatu tempat. Contoh: Terjadinya Danau Toba, Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu, dan Asal-Usul Pulau Kambang.
c) Mite, merupakan cerita tentang dewa-dewi, roh, atau makhluk halus yang berhubungan dengan animisme. Contoh: Nyai Roro Kidul, Harimau Jadi-jadian, dan Dewi Sri.
d) Saga, adalah cerita yang mengandung sejarah. Contoh: Calon Arang, Airlangga, Panji, Smaradahana, Joko Bereg, Cerita si Badang, dan Ciung Wanara.
e) Fabel, adalah cerita binatang yang dapat berlaku seperti manusia dan bersifat mendidik. Fabel digunakan untuk menyindir masyarakat manusia agar orang bisa memetik pelajaran yang tersembunyi di dalam fabel. Contoh: Kelinci dan Kura-Kura, Dongeng Anoa dan Tikus, Kancil dan Buaya, Siput dengan Burung Centawi, dan Harimau dengan Kancil.

Karya sastra lama (hikayat, legenda, mite, saga, dan fabel) mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik.

2. Struktur (Unsur) Karya Sastra Lama 
Karya sastra baik lama atau baru dibangun oleh dua unsur, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik (unsur pembangun dari dalam) karya sastra meliputi sebagai berikut.
a. Tema, yaitu pokok pikiran yang menjadi jiwa dan dasar cerita. Tema dibedakan menjadi dua, yaitu tema mayor dan tema minor.
1) Tema mayor: tema yang merupakan pusat pikiran cerita.
2) Tema minor: tema yang merupakan rincian atau bagian dari tema mayor yang biasanya dapat dirumuskan dari setiap kejadian dalam cerita.
b. Alur atau plot, yaitu rangkaian peristiwa yang dibuat dan dijalin dengan teliti untuk membentuk suatu cerita dalam hubungan sebab akibat. Secara garis besar, alur dibedakan menjadi alur maju dan alur mundur.
c. Latar/setting, yaitu sesuatu yang melingkupi pelaku atau kejadian-kejadian dalam cerita. Latar cerita mencakup:
1) latar waktu (siang, dahulu kala, tahun 1945, dan suatu hari);
2) latar tempat (di sekolah, di kantor, di suatu kota, di laut, dan sebagainya);
3) latar suasana/situasi (sedih, gembira, lengang, sepi, gaduh, dan sebagainya);
4) latar alat (cangkul, pulpen, televisi, tali, dan sebagainya).
d. Penokohan, yaitu penentuan dan penciptaan citra/image (biasanya berupa gambaran watak atau sifat) pelaku atau tokoh dalam cerita.
e. Sudut pandang/point of view, yaitu cara pandang pengarang dalam menceritakan suatu cerita. Ada beberapa sudut pandang.
1) Diaan-author observer: pengarang menggunakan orang ketiga (dia). Pengarang seolah-olah tidak mengetahui jalan pikiran pelaku.
2) Diaan-author omniscient: pengarang menggunakan orang ketiga (dia). Pengarang seolah-olah mengetahui dan mengatur jalan pikiran pelaku.
3) Akuan-author participant: pengarang menggunakan orang pertama (aku).
4) Campuran: pengarang menggunakan teknik campuran antara teknik a, b, dan c.
f. Gaya bahasa pengarang (style), yaitu cara pengarang untuk menggunakan bahasa dalam menyajikan pikiran dan perasaannya dalam cerita (ciri khas pengarang).
g. Amanat (message), yaitu gagasan yang mendasari cerita sekaligus pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

Sementara itu, unsur pembangun karya sastra yang berasal dari luar karya sastra (ekstrinsik) sebagai berikut.
1. Biografi pengarang
2. Kondisi sosial, politik, dan budaya saat karya sastra tersebut dibuat.
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Nilai-nilai dalam karya sastra sebagai berikut.
a) Nilai sosial masyarakat, yaitu sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).
b) Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
c) Nilai ekonomi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan dan asas-asas produksi, distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan (keuangan, tenaga, waktu, industri, dan perdagangan).
d) Nilai filsafat, yaitu hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
e) Nilai politik, yaitu Nilai yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.

Belum ada Komentar untuk "Terbaru - Karya Sastra Lama"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel