Terbaru - Penelitian Dan Penulisan Sejarah
A. Sumber Sejarah
Sumber sejarah adalah sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung menyampaikan kepada kita tentang fenomena atau peristiwa pada masa lalu. Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia (2020), sejarawan R. Moh. Ali menyatakan bahwa sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah Indonesia sejak zaman purba sampai sekarang. Dapat disimpulkan, sumber sejarah adalah segala warisan yang berbentuk lisan, tertulis, dan visual serta berguna bagi penulisan sejarah.
Secara umum sumber sejarah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu berdasarkan bentuknya dan urutan penyampaiannya.
1. Sumber Sejarah Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan bentuknya sumber sejarah dibedakan menjadi tiga, yaitu sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda. Penjelasan mengenai pembagian jenis sumber berdasarkan bentuknya sebagai berikut.
a. Sumber tertulis
Sumber tertulis sangat berguna bagi penelitian sejarah. Sumber tertulis dapat memberikan informasi secara tertulis mengenai aspek-aspek yang akan diteliti, seperti aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dari segi bentuk, sumber tertulis dapat berbentuk tulisan yang tercetak dan tulisan tangan (manuskrip). Sumber tertulis dapat berupa surat-surat, notulen rapat, kontrak kerja, dan koran.
b. Sumber verbal
Sumber lisan adalah informasi yang disampaikan secara lisan oleh pelaku atau saksi sejarah. Sumber lisan dapat diperoleh melalui wawancara. Sumber lisan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber lisan primer dan sumber lisan sekunder. Sumber lisan primer merupakan sumber lisan yang disampaikan oleh informan yang berperan sebagai pelaku atau saksi sejarah. Sementara itu, dalam sumber lisan sekunder, informan mendapat informasi dari orang tua atau orang-orang yang terlibat langsung dalam sebuah peristiwa.
Data sejarah yang diperoleh melalui sejarah lisan terdapat dalam memori informan. Sumber juga mampu menyajikan peristiwa secara utuh. Oleh karena itu, sejarawan harus memiliki kemampuan dan teknik-teknik tertentu untuk menggali informasi dari informan. Selain itu, untuk mendapatkan informasi terpercaya, sumber lisan harus dikritisi. Hal ini berguna untuk melihat fakta yang diungkapkan informan. Langkah yang dilakukan adalah melakukan wawancara terhadap beberapa informan.
c. Sumber benda
Sumber benda merupakan sumber yang berbentuk fisik, seperti foto, bangunan, fosil, arca, patung, dan candi. Benda-benda yang disimpan di museum juga termasuk sumber benda bagi penelitian sejarah. Sumber benda biasa disebut artefak. Sumber benda memang belum tentu dapat memberikan informasi mengenai kebenaran secara pasti. Oleh karena itu, sejarawan harus mampu meneliti dan menganalisis sumber tersebut dengan cermat. Dalam penggunaan sumber benda, sejarawan harus menggunakan ilmu bantu seperti epigrafi, arkeologi, paleoantropologi, dan ikonografi agar informasi dan data terpercaya (kredibel).
2. Sumber Sejarah Berdasarkan Urutan Penyampaian
Berdasarkan urutan penyampaiannya sumber sejarah dibedakan menjadi tiga, yaitu sumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier. Sumber primer adalah sumber yang menunjukkan kesaksian langsung pada saat peristiwa terjadi. Sumber lisan yang berasal dari pelaku sejarah juga termasuk sumber primer. Sumber primer yang lain misalnya dokumen-dokumen, naskah-naskah perjanjian, arsip, bangunan sejarah, dan benda-benda arkeologi. Adapun sumber sekunder adalah sumber yang berasal dari orang yang tidak hadir atau terlibat dalam sebuah peristiwa yang disampaikannya. Sumber sekunder dapat berupa buku dari penulis sejarah, laporan penelitian, dan terjemahan kitab-kitab kuno. Sementara itu, sumber tersier dapat berupa buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan laporan penelitian para ahli sejarah tanpa melakukan penelitian langsung. Jadi, penulis buku sejarah tersebut menghimpun penelitian sejarawan-sejarawan lainnya.
B. Langkah-Langkah Penelitian Sejarah
Kuntowijoyo menguraikan langkah-langkah dalam penelitian sejarah menjadi lima tahap. Tahapan dalam penelitian sejarah tersebut antara lain: pemilihan tema, pengumpulan sumber (heuristik), kritik sejarah (verifikasi), interpretasi (penjelasan/penafsiran), dan penulisan sejarah. Langkah-langkah dalam penelitian sejarah harus dilakukan secara bertahap.
1. Pemilihan Topik
Pemilihan topik dapat diartikan sebagai pembatasa kajian penelitan.Topik penelitian sejarah dikatakan menarik dan layak untuk diteliti jika topik tersebut belum pernah dikaji sebelumnya. Selain itu pemilihan topik juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu manageable topic, obtaniable data, dan significance of topic. Manageable topic artinya pemilihan topik harus disesuaikan dengan latar belakang pengetahuan, kecakapan, kemampuan, serta dana dan waktu penelitian. Obtainable data artinya topik yang diteliti harus memperhatikan ketersediaan sumber. Significance of topic artinya topik yang dipilih harus bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Pemilihan topik juga berkaitan dengan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual peneliti. Seseorang akan mudah melakukan penelitian jika ia memiliki kedekatan emosional seperti topik yang ia pilih misalnya penelitian mengenai daerah asal peneliti. Selain kedekatan emosional, pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai topik yang akan dikaji memengaruhi jalannya penelitian. Peneliti yang memiliki pengetahuan tentang topik yang dikajinya akan lebih mudah untuk menjalankan penelitiannya. Adapun dalam mengarahkan kajian agar lebih fokus, sebaiknya peneliti membuat susunan pertanyaan penelitian menggunakan rumus 5W+1H.
2. Heuristik
Heuristik diambil dari bahasa Yunani, heuriskein yang berarti memperoleh. Heuristik diartikan sebagai kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Keberhasilan pencarian sumber ditentukan oleh wawasan peneliti (sejarawan) mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Adapun beberapa masalah yang sering ditemui dalam tahap pengumpulan sumber antara lain: sumber sejarah sudah berusia sangat tua dan rentan jika disentuh dan beberapa sumber yang dikategorikan sebagai sumber tertutup sehingga hanya dapat diakses pada waktu tertentu. Selain itu, masalah lain yang sering ditemui adalah beberapa sumber yang masih berupa tulisan tangan dan sumber yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing.
3. Verifikasi
Verifikasi atau kritik sumber merupakan kegiatan untuk menguji keautentikan (keaslian) suatu sumber. Kritik sumber dilakukan untuk menilai kredibilitas dan keabsahan sumber. Tujuan utama kritik sumber adalah menyeleksi data sehingga diperoleh faktafakta. Kritik yang dilakukan dalam penelitian sejarah meliputi enam kriteria, yaitu tanggal, lokasi, pengarang, analisis, integritas (bentuk) sumber, dan kredibilitas (nilai bukti) sumber. Verifikasi dikategorikan menjadi dua, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern membahas tentang autentik atau tidaknya suatu sumber. Adapun kritik intern membahas mengenai tingkat kredibilitas suatu sumber.
4. Interpretasi
Interpretasi adalah penafsiran makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Dalam tahap interpretasi ini peneliti memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Pada tahap ini peneliti sering terjebak dalam subjektivitas. Hal ini disebabkan penafsiran tiap orang berbeda-beda.
Subjektivitas dalam interpretasi terjadi karena sejarawan memiliki kebebasan memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap sumber yang telah ditemukan. Untuk menghindari subjektivitas, dalam melakukan interpretasi sejarawan menggunakan ilmu bantu lain. Dalam hal ini, sejarawan dapat menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial untuk melakukan interpretasi. Adapun ilmu-ilmu sosial yang dapat membantu kerja sejarawan, misalnya sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dan psikologi. Ilmu-ilmu sosial yang digunakan oleh sejarawan tergantung topik kajian yang diangkat peneliti.
Secara garis besar tahap interpretasi dilakukan dalam dua langkah, yaitu analisis dan sintesis. Dalam tahap analisis peneliti menguraikan data-data yang sudah diseleksi untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Adapun sintesis berarti menyatukan. Dalam tahap ini peneliti harus menghubungkan antara sumber satu dan sumber lainnya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat atau hubungan saling memperkuat data.
5. Historiografi
Historiografi merupakan tahap merangkai fakta beserta maknanya secara kronologis dan sistematis untuk menghasilkan tulisan sejarah sebagai kisah. Tulisan sejarah harus mengutamakan faktor kronologis dan sistematis. Kedua faktor tersebut merupakan ciri khas tulisan sejarah. Tulisan sejarah juga harus bersifat objektif sesuai fakta-fakta yang disajikan. Dalam menulis sejarah, peneliti harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan sejarah. Kaidah penulisan sejarah seperti kalimat efektif, penggunaan bahasa sesuai EYD, penggunaan istilah sesuai konteks masalah, serta memperhatikan konsistensi tanda baca penggunaan istilah, tanda baca, dan rujukan sumber.
Penulisan sejarah biasanya dibagi menjadi tiga penggalan, yaitu pengantar atau pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. Pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan persoalan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode dan sumber, serta sistematika penulisan. Adapun penggalan pembahasan merypakan bagian inti penelitian. Sementara itu, kesimpulan berisi hasil temuan penelitian secara umum.
Sumber sejarah adalah sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung menyampaikan kepada kita tentang fenomena atau peristiwa pada masa lalu. Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia (2020), sejarawan R. Moh. Ali menyatakan bahwa sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah Indonesia sejak zaman purba sampai sekarang. Dapat disimpulkan, sumber sejarah adalah segala warisan yang berbentuk lisan, tertulis, dan visual serta berguna bagi penulisan sejarah.
Secara umum sumber sejarah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu berdasarkan bentuknya dan urutan penyampaiannya.
1. Sumber Sejarah Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan bentuknya sumber sejarah dibedakan menjadi tiga, yaitu sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda. Penjelasan mengenai pembagian jenis sumber berdasarkan bentuknya sebagai berikut.
a. Sumber tertulis
Sumber tertulis sangat berguna bagi penelitian sejarah. Sumber tertulis dapat memberikan informasi secara tertulis mengenai aspek-aspek yang akan diteliti, seperti aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dari segi bentuk, sumber tertulis dapat berbentuk tulisan yang tercetak dan tulisan tangan (manuskrip). Sumber tertulis dapat berupa surat-surat, notulen rapat, kontrak kerja, dan koran.
b. Sumber verbal
Sumber lisan adalah informasi yang disampaikan secara lisan oleh pelaku atau saksi sejarah. Sumber lisan dapat diperoleh melalui wawancara. Sumber lisan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber lisan primer dan sumber lisan sekunder. Sumber lisan primer merupakan sumber lisan yang disampaikan oleh informan yang berperan sebagai pelaku atau saksi sejarah. Sementara itu, dalam sumber lisan sekunder, informan mendapat informasi dari orang tua atau orang-orang yang terlibat langsung dalam sebuah peristiwa.
Data sejarah yang diperoleh melalui sejarah lisan terdapat dalam memori informan. Sumber juga mampu menyajikan peristiwa secara utuh. Oleh karena itu, sejarawan harus memiliki kemampuan dan teknik-teknik tertentu untuk menggali informasi dari informan. Selain itu, untuk mendapatkan informasi terpercaya, sumber lisan harus dikritisi. Hal ini berguna untuk melihat fakta yang diungkapkan informan. Langkah yang dilakukan adalah melakukan wawancara terhadap beberapa informan.
c. Sumber benda
Sumber benda merupakan sumber yang berbentuk fisik, seperti foto, bangunan, fosil, arca, patung, dan candi. Benda-benda yang disimpan di museum juga termasuk sumber benda bagi penelitian sejarah. Sumber benda biasa disebut artefak. Sumber benda memang belum tentu dapat memberikan informasi mengenai kebenaran secara pasti. Oleh karena itu, sejarawan harus mampu meneliti dan menganalisis sumber tersebut dengan cermat. Dalam penggunaan sumber benda, sejarawan harus menggunakan ilmu bantu seperti epigrafi, arkeologi, paleoantropologi, dan ikonografi agar informasi dan data terpercaya (kredibel).
2. Sumber Sejarah Berdasarkan Urutan Penyampaian
Berdasarkan urutan penyampaiannya sumber sejarah dibedakan menjadi tiga, yaitu sumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier. Sumber primer adalah sumber yang menunjukkan kesaksian langsung pada saat peristiwa terjadi. Sumber lisan yang berasal dari pelaku sejarah juga termasuk sumber primer. Sumber primer yang lain misalnya dokumen-dokumen, naskah-naskah perjanjian, arsip, bangunan sejarah, dan benda-benda arkeologi. Adapun sumber sekunder adalah sumber yang berasal dari orang yang tidak hadir atau terlibat dalam sebuah peristiwa yang disampaikannya. Sumber sekunder dapat berupa buku dari penulis sejarah, laporan penelitian, dan terjemahan kitab-kitab kuno. Sementara itu, sumber tersier dapat berupa buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan laporan penelitian para ahli sejarah tanpa melakukan penelitian langsung. Jadi, penulis buku sejarah tersebut menghimpun penelitian sejarawan-sejarawan lainnya.
B. Langkah-Langkah Penelitian Sejarah
Kuntowijoyo menguraikan langkah-langkah dalam penelitian sejarah menjadi lima tahap. Tahapan dalam penelitian sejarah tersebut antara lain: pemilihan tema, pengumpulan sumber (heuristik), kritik sejarah (verifikasi), interpretasi (penjelasan/penafsiran), dan penulisan sejarah. Langkah-langkah dalam penelitian sejarah harus dilakukan secara bertahap.
1. Pemilihan Topik
Pemilihan topik dapat diartikan sebagai pembatasa kajian penelitan.Topik penelitian sejarah dikatakan menarik dan layak untuk diteliti jika topik tersebut belum pernah dikaji sebelumnya. Selain itu pemilihan topik juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu manageable topic, obtaniable data, dan significance of topic. Manageable topic artinya pemilihan topik harus disesuaikan dengan latar belakang pengetahuan, kecakapan, kemampuan, serta dana dan waktu penelitian. Obtainable data artinya topik yang diteliti harus memperhatikan ketersediaan sumber. Significance of topic artinya topik yang dipilih harus bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Pemilihan topik juga berkaitan dengan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual peneliti. Seseorang akan mudah melakukan penelitian jika ia memiliki kedekatan emosional seperti topik yang ia pilih misalnya penelitian mengenai daerah asal peneliti. Selain kedekatan emosional, pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai topik yang akan dikaji memengaruhi jalannya penelitian. Peneliti yang memiliki pengetahuan tentang topik yang dikajinya akan lebih mudah untuk menjalankan penelitiannya. Adapun dalam mengarahkan kajian agar lebih fokus, sebaiknya peneliti membuat susunan pertanyaan penelitian menggunakan rumus 5W+1H.
2. Heuristik
Heuristik diambil dari bahasa Yunani, heuriskein yang berarti memperoleh. Heuristik diartikan sebagai kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Keberhasilan pencarian sumber ditentukan oleh wawasan peneliti (sejarawan) mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Adapun beberapa masalah yang sering ditemui dalam tahap pengumpulan sumber antara lain: sumber sejarah sudah berusia sangat tua dan rentan jika disentuh dan beberapa sumber yang dikategorikan sebagai sumber tertutup sehingga hanya dapat diakses pada waktu tertentu. Selain itu, masalah lain yang sering ditemui adalah beberapa sumber yang masih berupa tulisan tangan dan sumber yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing.
3. Verifikasi
Verifikasi atau kritik sumber merupakan kegiatan untuk menguji keautentikan (keaslian) suatu sumber. Kritik sumber dilakukan untuk menilai kredibilitas dan keabsahan sumber. Tujuan utama kritik sumber adalah menyeleksi data sehingga diperoleh faktafakta. Kritik yang dilakukan dalam penelitian sejarah meliputi enam kriteria, yaitu tanggal, lokasi, pengarang, analisis, integritas (bentuk) sumber, dan kredibilitas (nilai bukti) sumber. Verifikasi dikategorikan menjadi dua, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern membahas tentang autentik atau tidaknya suatu sumber. Adapun kritik intern membahas mengenai tingkat kredibilitas suatu sumber.
4. Interpretasi
Interpretasi adalah penafsiran makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Dalam tahap interpretasi ini peneliti memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Pada tahap ini peneliti sering terjebak dalam subjektivitas. Hal ini disebabkan penafsiran tiap orang berbeda-beda.
Subjektivitas dalam interpretasi terjadi karena sejarawan memiliki kebebasan memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap sumber yang telah ditemukan. Untuk menghindari subjektivitas, dalam melakukan interpretasi sejarawan menggunakan ilmu bantu lain. Dalam hal ini, sejarawan dapat menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial untuk melakukan interpretasi. Adapun ilmu-ilmu sosial yang dapat membantu kerja sejarawan, misalnya sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dan psikologi. Ilmu-ilmu sosial yang digunakan oleh sejarawan tergantung topik kajian yang diangkat peneliti.
Secara garis besar tahap interpretasi dilakukan dalam dua langkah, yaitu analisis dan sintesis. Dalam tahap analisis peneliti menguraikan data-data yang sudah diseleksi untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Adapun sintesis berarti menyatukan. Dalam tahap ini peneliti harus menghubungkan antara sumber satu dan sumber lainnya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat atau hubungan saling memperkuat data.
5. Historiografi
Historiografi merupakan tahap merangkai fakta beserta maknanya secara kronologis dan sistematis untuk menghasilkan tulisan sejarah sebagai kisah. Tulisan sejarah harus mengutamakan faktor kronologis dan sistematis. Kedua faktor tersebut merupakan ciri khas tulisan sejarah. Tulisan sejarah juga harus bersifat objektif sesuai fakta-fakta yang disajikan. Dalam menulis sejarah, peneliti harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan sejarah. Kaidah penulisan sejarah seperti kalimat efektif, penggunaan bahasa sesuai EYD, penggunaan istilah sesuai konteks masalah, serta memperhatikan konsistensi tanda baca penggunaan istilah, tanda baca, dan rujukan sumber.
Penulisan sejarah biasanya dibagi menjadi tiga penggalan, yaitu pengantar atau pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. Pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan persoalan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode dan sumber, serta sistematika penulisan. Adapun penggalan pembahasan merypakan bagian inti penelitian. Sementara itu, kesimpulan berisi hasil temuan penelitian secara umum.
Belum ada Komentar untuk "Terbaru - Penelitian Dan Penulisan Sejarah"
Posting Komentar